Lumpur Lapindo
Oke.. kali ini saya berkunjung ke lokasi (wisata) Lumpur Lapindo.
Iya, lokasi bencana semburan lumpur yang menenggelamkan sebagian daerah Sidoarjo itu kini dijadikan lokasi wisata oleh masyarakat sekitar. Saya kurang begitu faham, siapa pengelola tempat tersebut menjadi lokasi wisata:
Apa memang para korban lumpur, atau oknum yang sengaja memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan?
Sebenarnya ini pengalaman pertama saya berkunjung kesana loh. (padahal saya sendiri berasal dari Sidoarjo) Kalau tidak ada yang mengajak pergi ke tempat ini untuk berburu senja, mungkin hingga saat ini saya masih belum sempat menginjakkan kaki disana. Apalagi yang mengajak saya melihat senja dari atas tanggul lumpur itu adalah seseorang yang.. yaa, super spesial. hehe.
Menikmati senja bersamanya sungguh pengalaman luar biasa. Bisa anda bayangkan sendiri, senja saja sudah romantis, apalagi ditambah orang super spesial. Ooh.. Unforgettable deh pokoknya. Pada saat itu, ingin rasanya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Meskipun diselingi dengan aroma lumpur panas yang kurang sedap sebenarnya, tapi itu tidak mengurangi sisi romantis suasaana kala itu.
Oke, saya jadi baper sendiri kalau sedang membahas tentang ini, lanjut ke Lumpur Lapindo. Anda orang Sidoarjo, sedang berkunjung, atau sedang dalam perjalanan melintasi Sidoarjo. Saya sarankan untuk mampir sejenak ke lokasi lumpur ini, tenang tidak butuh biaya mahal. Cukup dengan 10 ribu Rupiah saja, anda sudah bisa naik ke atas tanggul, biaya ini sudah termasuk parkir loh.
Apa bisa melihat lokasi titik pusat semburan lumpur?
Bisa sekali. Apabila kesana menggunakan motor, anda bisa menaiki motor hingga menuju titik semburan melewati lumpur yang telah mengering. Namun apabila anda kesana naik mobil atau kendaraan umum, tidak perlu khawatir. Anda bisa berjalan kaki menuju titik pusat semburan, atau jika anda malas berjalan (karena jarak titik pusat semburan memang berada di tengah dan lumayan jauh dari pinggiran tanggul), ada ojek yang dengan setia akan mengantar anda menuju titik pusat semburan. para tukang ojek ini biasa mangkal diatas tanggul disekitar deretan patung.
Bicara masalah patung, di atas tanggul ini berderet puluhan patung manusia dengan badan setengah tenggelam kedalam lumpur yang mengering dan cenderung keras. Patung-patungnya cukup unik menurut saya, karena ada berbagai ornamen menarik yang menghiasi badan patung. Hiasan tersebut terdiri dari bermacam perabotan rumah tangga, mulai dari televisi rusak, radio bekas, tempat nasi, hingga panci bekas yang diletakkan di atas kepala patung seolah itu adalah topi.
Patung-patung itu sebenarnya utuh terlihat seluruh tubuhnya pada tahun lalu. Dengan tinggi sekitar 2 meter, patung-patung tersebut berdiri dengan kokoh sebagai peringatan 8 tahun tragedi lumpur lapindo. Jumlah keseluruhan patung ini 110 buah. Patung-patung karya Dadang Christanto kini hanya bisa terlihat setengah badan saja, dari perut hingga kepala karena tenggelam oleh lumpur.
Disebelah selatan deretan patung juga terdapat beberapa buah gubuk terbuat dari susunan bambu dengan atap jerami, gubuk ini dikelilingi semacam pagar yang juga terbuat dari dari bambu. Di antara gubuk ini berdiri dengan gagah sebuah tiang bendera lengkap dengan bendera Merah Putih yang berkibar dengan anggun oleh terpaan angin yang memang cukup kencang disini.
Berburu senja bersamanya, sebuah aktivitas baru yang menjadi hal addictive yang akan selalu ingin ku ulangi dan akan kukenang setiap detilnya sepanjang waktu. Sebuah momen berharga yang dengan antusias akan tetap kuceritakan kepada setiap orang yang bertanya, bahkan jika itu harus ku ulang berkali-kali.
Bicara masalah patung, di atas tanggul ini berderet puluhan patung manusia dengan badan setengah tenggelam kedalam lumpur yang mengering dan cenderung keras. Patung-patungnya cukup unik menurut saya, karena ada berbagai ornamen menarik yang menghiasi badan patung. Hiasan tersebut terdiri dari bermacam perabotan rumah tangga, mulai dari televisi rusak, radio bekas, tempat nasi, hingga panci bekas yang diletakkan di atas kepala patung seolah itu adalah topi.
Patung-patung itu sebenarnya utuh terlihat seluruh tubuhnya pada tahun lalu. Dengan tinggi sekitar 2 meter, patung-patung tersebut berdiri dengan kokoh sebagai peringatan 8 tahun tragedi lumpur lapindo. Jumlah keseluruhan patung ini 110 buah. Patung-patung karya Dadang Christanto kini hanya bisa terlihat setengah badan saja, dari perut hingga kepala karena tenggelam oleh lumpur.
Disebelah selatan deretan patung juga terdapat beberapa buah gubuk terbuat dari susunan bambu dengan atap jerami, gubuk ini dikelilingi semacam pagar yang juga terbuat dari dari bambu. Di antara gubuk ini berdiri dengan gagah sebuah tiang bendera lengkap dengan bendera Merah Putih yang berkibar dengan anggun oleh terpaan angin yang memang cukup kencang disini.
Berburu senja bersamanya, sebuah aktivitas baru yang menjadi hal addictive yang akan selalu ingin ku ulangi dan akan kukenang setiap detilnya sepanjang waktu. Sebuah momen berharga yang dengan antusias akan tetap kuceritakan kepada setiap orang yang bertanya, bahkan jika itu harus ku ulang berkali-kali.
Silahkan mengunjungi gallery untuk melihat foto-foto yang lain di My Gallery
Kok saya sedih ya kalo keinget lumpur lapindo, gimana nasib mereka yang kehilangan tempa tinggal dan pekerjaan :(, nice travel nice review mba
ReplyDeleteiya kak, sedih banget kalo memikirkan nasib mereka
Delete